Kontributor: Dede Iskandar Siregar
Pandemi Covid-19 telah membawa goncangan kepada hampir semua sektor bisnis. Berbeda dengan NETFLIX, perusahaan media streaming digital ini justru meroket dengan bangga. Tulisan ini merangkum beberapa poin yang menjembatani pencapaian Netflix merambah di lebih dari 190 negara. Artikel ini merupakan hasil rangkuman penulis dari membaca buku “No Rules Rules: Netflix and the Culture of Reinvention” yang terbit pada September 2020 lalu.
Pertama, Build up Talent Density. Mendorong iklim kerja yang meneyenangkan menjadi pendekatan pertama Netflix menjadi high performacen company. Bagaimana tidak, siapapun bisa bergabung di Netflix tanpa melihat latarbelakang dan warna kulitnya. Manajemen yakin perbedaan latarbelakang tersebut menjadi kekuatan yang dapat dijadikan sebagai alat melihat perubahan lingkunga bisnis dari sudut pandang yang lebih luas, seperti dibuktikan manajer operasional Netflix India ketika hendak membeli film yang diyakini CEO pusat tidak terlalu menjanjikan, namun diakhir tahun bisa memiliki viewer terbanyak di negara tersebut.
Dalam buku yang berjumlah 320 halaman tersebut. Pendekatan kedua Netflix untuk mendorong high creative performance adalah Increase Candor. Membangun budaya kritis (feedback) menjadi satu ciri khas Netflix. Tidak pandang bulu, siapapun bisa memberi kritik meski berada pada level paling rendah sekalipun. Lebih mengejutkan lagi, pemberi kritik tersebut diberikan kesempatan untuk menguji (membuktikan) pendapatnya. Ketika karyawan memiliki ide yang cukup logis diterima pasar, dengan leluasa mereka diberi ruang dan dukungan biaya tanpa batas dari perusahaan. manajemen Netflix yakin kebiasaan ini menjadi pendorong rasa percaya diri bagi pengembangan bisnisnya.
Reduce Control adalah pendekatan ketiga Netflix untuk mendorong kinerja. Bagi sebagian besar perusahaan, kebijakan kontrol menjadi kenyataan yang sulit dihilangkan. Kondisi yang demikian setidaknya mengindikasikan ketidak profesionalan pimpinan dan juga karyawan dalam memenuhi kewajiban. Bagaimanapun ini tidak berlaku bagi Netflix. Perusahaan sepenuhnya memberikan kebebasaan bagi setiap individu dalam bekerja tanpa ada kontrol yang mengikat. Kebijakan cuti, biaya perjalanan, dan jatah liburan bebas ditentukan sendiri oleh karyawan. Kebijakan tersebut secara mengejutkan membuat karyawan Netflix lebih berhati-hati memanfaatkan kemudahan yang dberikan dan ini membuat rasa percaya diri yang kuat anatara manajemen dan karyawan.
Ketiga pendekatan budaya tersebut diatas mampu menghantarkan Netflix berjaya. Sekarang yang menjadi pertanyaan apakah yang dilakukan organisasi anda dalam rangka mewujudkan tujuannya? Apakah masih ada kehadiran Si Tangan Besi? atau apakah kemerdekaan dan keterlibatan individu dalam membuat keputusan dengan tanpa rasa takut sudah tercipta? Bagaimana dengan karyawan itu sendiri? Apakah teori X danY yang diperkenalkan profesor MIT (Douglas McGregor) dekade 1960-an masih tetap menggerogoti? Jawabannya mungkin akan bervariasi. Namun keberjayaan organisasi rasanya lebih masuk akal untuk diwujudkan saat semua individu terdorong menjalankan tugas dengan penuh gairah dan rasa tanggungjawab.
Detail Buku:
ISBN-10 : 1984881884
ISBN-13 : 9781984881885
Published : 8 November 2020
Publisher : Penguin Publishing Group
Language : English
Paperback : 320 Pages